Loading Now

Deolipa Yumara Tanggapi Keputusan Atalia Praratya Untuk Menggugat Cerai Ridwan Kamil

Jakarta – Pengacara Deolipa Yumara mendatangi Mabes Polri terkait kasus yang tengah ia tangani. Di sela kehadirannya, Deolipa turut memberikan pandangannya mengenai persoalan rumah tangga yang menyeret sejumlah nama, termasuk isu gugatan perceraian yang menurutnya berangkat dari luka batin seorang perempuan.

Dalam keterangannya, Deolipa menilai persoalan tersebut bermula dari momen khilaf yang berujung pada gugatan cerai. Ia berharap konflik itu tidak berakhir dengan perpisahan permanen.

> “Kalau kita lihat, ini kan berawal dari peristiwa khilaf. Dari situ kemudian terjadi gugatan cerai. Harapan saya pribadi, mudah-mudahan ini tidak sampai benar-benar cerai. Bagaimanapun mereka sudah sama-sama tua, anak-anaknya juga sudah dewasa. Idealnya ya tetap bersama saja sampai akhir. Tapi kita juga tidak bisa memaksakan, karena perasaan seorang perempuan itu nyata, dan ketika perasaan itu diluapkan dalam bentuk gugatan perceraian, berarti ada luka yang sangat dalam,” ujar Deolipa.

 

Ia menegaskan bahwa gugatan tersebut merupakan ekspresi hukum dari perasaan yang telah berubah. Menurutnya, hilangnya rasa percaya sering kali menjadi alasan utama di balik keputusan berat seorang istri.

> “Biasanya kalau sudah menggugat cerai, itu tandanya cinta sudah hilang atau kepercayaan sudah runtuh. Ini bukan perkara sepele. Kita bicara soal perasaan. Ketika seorang perempuan kehilangan cinta, apalagi karena dikhianati, maka yang terjadi itu hancur, pecah, dan sulit dipulihkan,” katanya panjang lebar.

 

Deolipa juga menyinggung adanya keterkaitan dengan sejumlah persoalan hukum lain yang membuat situasi semakin kompleks.

> “Apakah ada kaitannya dengan Lisa? Jelas ada. Apakah ada kabar yang bersinggungan dengan KPK? Bisa jadi. Semua ini seperti potongan-potongan yang saling terhubung. Inilah yang kemudian membuat seorang ibu kehilangan rasa cintanya. Ketika sudah masuk ke ranah hukum, biasanya itu bukan lagi soal emosi sesaat, tapi sudah akumulasi kekecewaan,” jelasnya.

 

Ia menggambarkan situasi tersebut sebagai konflik yang tidak hanya bersifat keluarga, tetapi juga sarat dengan dimensi politik dan sosial.

> “Kadang orang berpikir ini benar, ternyata salah. Begitulah politik, apalagi politik dalam keluarga. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi di balik layar. Yang jelas, sudah terjadi saling menggugat, saling bercerita, dan saling membuka luka,” lanjut Deolipa.

 

Meski demikian, Deolipa mengaku tetap mendoakan semua pihak agar diberi kekuatan dan jalan terbaik.

> “Lisa juga punya jalannya sendiri, RK juga menerima nasibnya. Sementara Ibu Cinta justru menanggung beban paling berat karena secara moral dan perasaan, dia yang paling tersakiti. Maka yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan agar semuanya baik-baik saja,” ucapnya.

 

Di akhir pernyataannya, Deolipa memberikan nasihat khusus agar ke depan tidak terulang kesalahan serupa.

> “Kalau mau hubungan membaik, ya perbanyak doa dan ibadah. Biasanya kalau hidup belok ke mana-mana, itu karena ibadahnya kurang kuat. Kita ini manusia, tempat salah dan khilaf, tapi jangan lupa untuk kembali lurus. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa, karena urusan hati itu memang paling sulit dicerna,” pungkas Deolipa.

Share this content: